5 Mitos Salah Tentang Kedelai
Kedelai adalah salah satu jenis makanan yang tentu sudah sangat
familiar bagi masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, salah satu makanan
khas Indonesia, yaitu tempe, terbuat dari kedelai. Selain itu, kedelai
juga digunakan sebagai bahan utama untuk makanan lain seperti susu
kedelai atau membuat tahu.
Selama ini kedelai
diketahui memiliki banyak manfaat kesehatan. Namun tak sedikit pula hal
yang masih belum jelas mengenai kedelai seperti apakah kedelai aman
untuk pria? Apakah benar kedelai bisa menyebabkan kanker payudara?
Hal-hal semacam ini kemudian menjadi mitos yang masih dipercaya oleh
banyak orang.
Ada beberapa mitos yang
cukup populer dan banyak dipercayai oleh masyarakat Indonesia. Padahal
mitos tersebut keliru dan tak sepenuhnya benar. Berikut ini adalah 5 Mitos Salah Tentang Kedelai yang sebaiknya berhenti Anda percayai, seperti dilansir oleh Huffington Post (15/07) :
1. Kedelai bukan sumber protein yang baik
Manusia membutuhkan
protein yang bisa mereka dapatkan dari tumbuhan maupun hewan. Ini karena
tubuh tak bisa memproduksi proteinnya sendiri. Ada banyak sumber
protein yang baik, namun selama ini banyak orang yang percaya bahwa
kedelai bukanlah sumber protein yang bisa diandalkan.
Faktanya, kedelai justru
salah satu sumber protein yang sangat baik, terutama untuk vegetarian
yang tak bisa mendapatkan protein dari hewan. Kedelai disebut sebagai
protein komplet. Artinya kedelai mengandung semua asam amino esensial
yang diperlukan tubuh. Satu cangkir kedelai mengandung 22 gram protein,
hampir sama dengan satu porsi steak daging. Namun jika kedelai diolah
menjadi tahu, satu porsi hanya mengandung sembilan gram protein saja.
2. Olahan kedelai tetap sehat dan bernutrisi
Ada banyak makanan
olahan yang menyerupai daging namun dibuat dengan bahan kedelai.
Beberapa bisa berbentuk seperti sosis, nugget ayam, atau lainnya. Hal
semacam ini dianggap tetap sehat karena bahan utamanya adalah kedelai.
Faktanya, membentuk
kedelai dan mengolahnya menjadi berbagai macam makanan olahan tak
selamanya sehat. Hal ini berkaitan dengan proses pengolahan. Pada proses
pengolahan, terutama jika makanan tersebut kemudian dikemas atau
dibekukan, jelas melibatkan penggunaan bahan pengawet dan lainnya.
Kebanyakan produk
semacam ini kaya akan sodium dan lemak, meski terbuat dari bahan dasar
kedelai. Lebih baik mengonsumsi kedelai dalam bentuk paling alami atau
olahan ringan seperti menjadikannya tahu dan tempe, serta tidak terlalu
banyak mengolahnya.
3. Kedelai menyebabkan kanker payudara
Kedelai dikenal sebagai
salah satu makanan yang mengandung estrogen atau hormon wanita. Hal
inilah yang kemudian membuat banyak orang mengaitkan kedelai dengan
munculnya tumor atau kanker payudara. Sehingga mulai banyak wanita yang
takut mengonsumsi terlalu banyak kedelai atau olahannya seperti susu
kedelai.
Faktanya, kanker memang
bisa tumbuh akibat adanya estrogen dan kedelai memang banyak mengandung
estrogen. Namun tak ada kaitan langsung antara kedelai dengan munculnya
kanker. Dalam beberapa penelitian pada hewan diketahui bahwa zat dalam
kedelai yaitu isoflavone yang bekerja seperti estrogen bisa membuat
kanker tumbuh lebih cepat.
Namun peneliti juga
mengingatkan bahwa tubuh manusia memproses isoflavone secara berbeda
dengan tikus dan hewan. Dalam penelitian yang dilakukan pada manusia,
mengonsumsi kedelai tak berkaitan dengan risiko kanker payudara.
4. Suplemen protein kedelai adalah alternatif yang baik
Ada orang yang tak
menyukai kedelai atau bentuk olahannya seperti tahu, tempe, atau susu
kedelai, namun ingin mendapatkan manfaat dari makanan tersebut. Dengan
demikian, mereka berpikir bahwa mengonsumsi suplemen protein dari
kedelai adalah tindakan yang tepat untuk menggantikannya. Padahal ini
adalah mitos yang keliru.
Faktanya, ada banyak
penelitian yang dilakukan terhadap suplemen berbasis protein kedelai.
Hasil akhirnya masih meragukan dan para ahli tak menyarankan seseorang
mengonsumsi suplemen protein kedelai hingga lebih banyak penelitian
dilakukan dan mendapatkan hasil yang jelas. Meski begitu, penggunaan
dalam jangka pendek dianggap tidak berbahaya. Namun jangan menggunakan
suplemen protein kedelai dalam jangka panjang.
5. Pria tak boleh makan kedelai
Kedelai yang mengandung
estrogen atau hormon wanita dianggap tak baik untuk pria. Ini karena
estrogen dianggap bisa menurunkan hormon testosteron pada pria dan
menyebabkan masalah. Karena itu banyak pria yang diingatkan untuk
menjauhi kedelai atau tak mengonsumsi terlalu banyak kedelai.
Faktanya, tak ada
penelitian klinis yang mendukung gagasan dan ketakutan ini. Terdapat dua
kasus yang menunjukkan bahwa pria mengalami perubahan pada tubuhnya
setelah mengonsumsi kedelai dalam dosis tinggi. Namun bahkan dengan
konsumsi kedelai yang di atas rata-rata, bahkan lebih tinggi dari
konsumsi yang dilakukan orang Asia, tak ada penelitian yang menemukan
bukti bahwa pria harus menghindari kedelai. Bahkan sebaliknya, pria bisa
mendapatkan asupan nutrisi dari kedelai yang bisa menurunkan risiko
kanker prostat.